Pengikut

Kamis, 27 Juni 2013

kisah

meniti langkah pelan - pelan, mengingatkan ku pada setiap senyuman yang terpatri lembut pada segurat garis wajah yang ku kenal
angin berhembus, menyibakkan langit membawa kabar bahagia mengandung tangis
lautan membeku, menggambarkan dunia tidak lagi menyentuhku
aku meraung, menolak takdir bahwa hatimu telah terpaut olehnya
tangisan airmata menorehkan iba di hati penuh kasih malaikat malam
dewa dewi berkumpul sahdu, menyanyikan lagu kepedihan dengan khidmat
hei, kita tidak sendiri
kita tidak bodoh, kita tidak salah
ingin ku teriak dan mengiyakan
mungkin memang benar, hanya waktu kita yang tak tepat
hanya segelintir kisah penuh penyesalan yang tak seharusnya terjadi, namun jujur tak mampu kubendung kegeliahan jiwa penghantar kepedihan
aku terpaku dan terus terpekur, tersihir oleh tatapan mata yang selalu meneduhkanku
kita tidak bodoh, aku yakin hal itu meski aku yakin pula kita salah
namun hatiku tetap tak mampu menerima logika
tetap mendustai dan mengingkari kepicikan kita yang menyulapnya menjadi ilusi hati yang indah, yang tinggal menunggu waktu kapan akan hancur dan berantakan
seperti pelangi, indah, sempurna tapi semu
jelas ada tapi tak jelas kapan datangnya, dan pasti pergi hanya tinggal menunggu hitungan detik
andai langit dapat membaca, aku pasti akan menulis kan surat pada nya
dan meminta sang langit membisikkan salam sayang penuh kenaifan pada bulan
hingga nanti bulan mungkin hanya bisa menangis dan meratap, bahwa dia tak mampu kusentuh
aku tak mengingkari kenyataan, hanya mungkin berlari menjauh mencoba mencari pembenaran
kisah kasih ini terukir syahdu di hati kita, bukan untuk dipublikasikan, bukan untuk ditujukkan
karna memang kita hanya saling menguntai sayang dalam diam
dan hanya boleh saling mengucap dan mencumbu, saat semua sudah benar - benar terlelap
agar tiada satu pun tahu, bahkan jika mungkin angin bisa bicara, aku pun akan bersembunyi darinya hanya demi menguntai secuil kasih rahasia kita "sayang"